Thursday, October 8, 2009 11:02 AM
PLUK!Matanya mengerjap.
Gumpalan kertas kecil mendarat di mejanya dengan sukses. Mengangkat alisnya keheranan, Karen meraihnya dan membuka gumpalan itu di bawah mejanya; sebisa mungkin tak terlihat oleh sang guru yang berada di depan kelas. Ishida yang menjadi teman sebangkunya pun tidak banyak berkomentar, membiarkannya begitu saja; tangannya malah sibuk mencoreti tidak jelas buku catatannya dengan pensil. Kertas mengerut itu pada akhirnya berhasil menunjukkan beberapa kalimat yang tertera di atasnya, deretan kanji tersusun rapi dengan garis-garis tipis. Kerenggangan setiap hurufnya menunjukkan kerapihan penulisnya.
Kau ngambek, ya?
Sei.
Sama sekali tak terbesit dalam pikirannya bahwa pesan singkat ini—
dari dia. Menolehkan kepalanya ke kiri perlahan, terlihat sosok Sei yang duduk tiga meja deretan kiri di belakang. Remaja itu nyengir lebar, pertanda bahwa dialah pelempar kertas itu.
"Dari siapa?" tanya Ishida, tepat ketika Karen meremas kertas itu dan meletakkannya di atas meja. Hanya dijawabnya dengan gelengan kepala kecil. Dirinya menarik nafas dalam, berusaha untuk tidak meladeni ulah sahabatnya itu sementara ini. Sedang tidak mood? Entah. Bisa dikatakan gadis ini setengah menghindari Izumi muda itu.
Alasannya?
PLUK!Gumpalan kertas lainnya mendarat di meja Ishida, dimana gadis itu kini terperanjat mengetahui ada yang hampir menimpukinya sesuatu. Karen mengerling ke belakang bersamaan dengan Ishida, dan dapat dipastikan Sei-lah si pelempar barusan. Lihat gaya pura-pura tidak tahunya? Langsung bersembunyi di balik buku?
Sangat khas dirinya.
"Dia lagi," gerutu Karen, meraih gumpalan itu dan kembali membukanya di bawah meja. Tulisan itu lagi, namun dengan bunyi kalimat yang berbeda. Membuat nafas gadis berambut bob itu tertahan sesaat.
Kau beneran ngambek padaku, ya? Karena lupa ulang tahunmu?
Bukan itu masalahnya, walau sebenarnya separuh benar. Sei memang tak mengucapkan sekedar kata selamat singkat pada Karen, namun bukan hal itu yang membuat sang gadis mengambil jarak dari remaja laki-laki itu. Menggigit bagian bawah dirinya dan meremas si kertas, lagi-lagi pesan tersebut tak dibalasnya. Diletakkannya begitu saja di atas meja bersama gumpalan pertama tadi. Ishida tak banyak berkomentar, hanya mengangkat alisnya; detik berikutnya kembali sibuk dengan bukunya. Karen sendiri kini berusaha fokus kembali pada penjelasan guru mereka di depan kelas, namun nampaknya percuma.
Ia kembali diganggu.
TUK!Dan kali ini, mengenai pundak kirinya.
Menoleh ke belakang, terlihat jelas bahwa Sei adalah pelakunya
lagi. Bibir remaja laki-laki itu bergerak, seolah menyatakan bahwa Karen harus membalas pesannya sesegera mungkin. Merasa bahwa dirinya takut tak digubris lagi, Sei bahkan bersiap melemparkan gumpalan lainnya lagi. Beberapa remasan kertas ada di mejanya dan ini membuat Karen menahan tawanya ketika mengambil kertas yang mengenai pundaknya, namun terjatuh ke lantai tatami. Apa yang membuat Sei begitu penasaran sehingga harus mempersiapkan amunisinya itu?
Konyol.
"Lebih baik kau balas saja," bisik Ishida, "nanti meja kita akan menjadi lautan kertas gara-gara ulahnya," lanjutnya, membuat Karen tersenyum kecil. Dibukanya remasan kertas itu, sementara bola matanya bergulir; membaca kalimat yang tertera di atasnya. Masih tulisan rapi itu lagi, dari pemilik yang sama.
Ayolah, aku tak tahan diam-diaman begini terus!
"IZUMI-SAN!"Sei
kepergok akan melempar remasan kertas lainnya, tepat ketika tangannya berada di belakang kepala. Remaja laki-laki itu hanya memberikan cengiran lebar pada Shimotsuki-sensei (dia galak, omong-omong) yang tadi menegurnya dengan suara keras, cukup untuk membuat murid sekelas menoleh padanya—termasuk Karen. Buru-buru diturunkannya kertas dalam genggamannya itu, tepat ketika Shimotsuki-sensei mengayunkan tangannya dan mengangkat gumpalan-gumpalan kertas lain yang ada di mejanya. Dan dalam sedetik kemudian, kertas-kertas itu melayang, kemudian terbakar tanpa sebab. Mantra lainnya dari sang guru.
Karen tertawa kecil.
Dan sementara itu, Sei hanya bisa tersenyum pasrah. Namun matanya tak lepas dari Karen.
Pikirkan saja sendiri!
KALLEN
Dan kau pikir Karen akan melemparnya balik pada Sei? Tentu tidak.
Senin, 18 Februari 2002
(Siang)Labels: 2002, Fan-Fiction, Karen